Wednesday, March 14, 2012

LAYAK DIPERCAYA

Illustrasi
Baca: Kejadian 39:1-23

Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya (Kejadian 39:22)

Bacaan Alkitab Setahun:
Ulangan 11-13

Saya mengenal sebuah persekutuan gereja-gereja mengusung tema tahunan: ”Komunitas yang Layak Dipercaya”. Gereja ini sadar bahwa kesaksian hidup umat kristen secara utuh mesti sedemikian mantap hingga membuat siapa pun yang berurusan dengannya juga merasa mantap, nyaman, tenteram, dan aman. Namun, dalam tempat atau situasi tertentu, bisa jadi praktiknya tidak mudah.

Perbedaan tempat, perbedaan situasi tidaklah meredupkan kualitas hidup Yusuf. Di mana pun ia berada, orang percaya kepadanya dan memercayakan pekerjaan penting kepadanya. Di rumah Potifar yang mewah, maupun dalam penjara yang keras (ayat 4, 22). Mengapa bisa demikian? Karena Yusuf pintar dan terampil dalam hal manajemen? Bisa jadi. Namun bagi penulis kitab Kejadian, alasan utamanya adalah karena ”Tuhan menyertai Yusuf dan membuat apa yang dikerjakannya berhasil” (ayat 2, 23). Yusuf menyadari hal itu. Ia tahu Tuhan memperhatikan pilihan-pilihan yang ia ambil saat bekerja (ayat 9), karena itu tentu ia senantiasa melakukan yang terbaik sebagai wujud penghormatan dan kasihnya pada Tuhan.

Semua orang tentu ingin disertai Tuhan seperti Yusuf dan berhasil. Namun, apakah kita juga sungguh menyertakan Tuhan dalam apa yang kita kerjakan? Menyertakan Tuhan berarti peduli pada pilihan-pilihan yang selaras dengan Firman-Nya, apa pun situasinya. Pilihan-pilihan yang demikian dapat dipercaya. Sudah seharusnya orang-orang yang bersentuhan hidup dengan kita merasa mantap dan aman, karena tahu mereka berurusan dengan anak-anak Tuhan yang selalu menyertakan Tuhan dalam segala perkara.—DKL

KETIKA TUHAN MENYERTAI, KITA PUN HARUS MAU DIAJARI
BAGAIMANA MEMBUAT PILIHAN YANG SELARAS DENGAN KEHENDAK-NYA

Written by Daniel K. Listijabudi 
Share:

Monday, March 12, 2012

KASIH DAN HUKUMAN

Baca: Hosea 5:8-6:6

Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita (Hosea 6:1)

Bacaan Alkitab Setahun:
Ulangan 5-7


Pernahkah Anda mendengar ungkapan: “Anda dapat memberi tanpa mengasihi, tetapi Anda tidak dapat mengasihi tanpa memberi”? Kasih kerap kali diidentikkan dengan tindakan memberi. Pemahaman ini tidak keliru, hanya tidak lengkap, karena kasih bisa juga di­wujudkan dalam bentuk hukuman. Tujuannya, supaya orang yang dikasihi menyadari kesalahannya.

Demikan halnya seruan Hosea kepada umat Israel yang pada saat itu hidup dalam penyembahan berhala dan kefasikan. Digambarkan di sini, Efraim terserang penyakit dan Yehuda terserang bisul. Bukannya berlari kepada Tuhan, mereka malah ke Asyur, minta penyembuhan kepada Raja ‘Agung’ (ayat 13). Akibat ketidaksetiaannya, mereka menerima hukuman yang tak ringan: Tuhan “menerkam” dan “memukul” mereka (ayat 1). Tuhan menghendaki umat pilihan hidup setia dan percaya kepada Pribadi dan kuasa-Nya, bukan kepada berhala atau ilah lain. Tuhan menghukum supaya hidup umat pilihan kembali seturut perintah-Nya. Dalam hukuman terselip kasih Allah kepa­da Israel. Dan, siapa pun yang berbalik; mengaku salah dan mencari wajah-Nya (ayat 15) akan Dia pulihkan—Dia “sembuhkan” dan “balut” (ayat 1) serta Dia “hidupkan” (ayat 2).

Kita meyakini bahwa Allah mengasihi kita. Namun, saat kita membelakangi Allah, kasih-Nya kerap kali dinyatakan melalui penghukuman. Hukuman menjadi sarana Allah mendisiplin kita. Bagaimanakah respons kita saat menerima disiplin dari Allah? Bersyukurlah untuk kasih-Nya. Jangan mengeraskan hati. Kini saatnya berbalik, mengaku bersalah, dan kembali mencari wajah-Nya.—YBP

SAAT KITA MEMILIH UNTUK MENEMPUH JALAN YANG SALAH,
HUKUMAN DAPAT MENGEMBALIKAN KITA MELANGKAH DI JALAN ALLAH.

Writen by renunganharian.net
Share:

Wednesday, February 29, 2012

ORANG KRISTEN DUNIA

Baca: Lukas 24:36-49

“Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan untuk pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Lukas 24:46-47)

Bacaan Alkitab Setahun:
Bilangan 14-15; Mazmur 90


David Bryant membedakan dua macam orang Kristen. Pertama, orang Kristen duniawi (worldly Christian), yaitu mereka yang sudah diselamatkan, tetapi tidak tertarik membawa keselamatan pada dunia, sebaliknya mereka memandang dunia sebagai sarana bagi keuntungan dan kepentingan pribadinya. Kedua, orang Kristen dunia (world Christian), yaitu orang yang sudah diselamatkan, dan mengarahkan kehidupannya di dunia untuk misi, membawa berita keselamatan kepada segala bangsa.

Dalam pengajaran Tuhan Yesus, kita melihat bahwa keselamatan dan misi adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Perhatikan bacaan kita hari ini. Setelah meneguhkan para murid tentang kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran-kebenaran penting bagi pelayanan mereka selanjutnya. Dia merangkumkan bahwa seluruh isi kitab Taurat, kitab para nabi, dan kitab mazmur menunjuk pada penggenapan keselamatan di dalam Diri-Nya (ayat 46). Namun bukan hanya itu, garis besar Kitab Suci juga adalah tentang bagaimana berita keselamatan ini harus disampaikan kepada segala bangsa (ayat 47).

Orang Kristen duniawi—orang yang puas dengan berkat keselamatan bagi diri sendiri—dan orang Kristen dunia—orang yang merindukan keselamatan itu juga sampai kepada segala bangsa. Dari dua kelompok ini, Anda termasuk yang mana? Gaya hidup dan prioritas macam apa yang harus kita ubah jika kita ingin bertumbuh sebagai orang-orang Kristen dunia—orang-orang yang merindukan agar semua bangsa dapat kembali bersukacita di dalam Tuhan?—JOO

RESEP MENGHASILKAN ORANG KRISTEN DUNIAWI:
AJARKANLAH KESELAMATAN TANPA MISI

Written by Johan Setiawan
Share:

Tuesday, February 28, 2012

GENERASI ROHANI

Baca: 2 Timotius 2:1-13
Apa yang telah engkau dengar dariku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga pandai mengajar orang lain (2 Timotius 2:2)


Bacaan Alkitab Setahun:
Bilangan 11-13


Banyak teman saya yang menjadi dokter. Kebanyakan di antara mereka berasal dari keluarga dokter, dan memang sudah dipersiapkan untuk menjadi seorang dokter. Terlepas dari apa yang menjadi motivasi orangtua mereka dalam hal itu, saya kagum dengan keseriusan mereka mempersiapkan anak-anak mereka.

Paulus juga secara khusus mempersiapkan orang-orang yang akan meneruskan pelayanannya. Ia tahu hidupnya terbatas (pasal 4:6), dan kebenaran Tuhan tidak boleh berhenti diberitakan ketika ia mati. Sebab itu, Paulus (generasi I) telah secara khusus mengajar Timotius (gen. II), sedemikian supaya ia dapat meneruskan pengajaran itu kepada orang lain (gen. III), yang juga pandai mengajar orang lain (gen. IV). Jelas ini bukan pengajaran sekali tatap muka. Timotius telah cukup lama menjadi anak rohani Paulus hingga ia dapat dipercaya untuk meneruskan pelayanannya. Paulus ingin Timotius melakukan hal yang sama bagi orang lain.

Seberapa besar energi yang Anda curahkan untuk menolong orang bertumbuh dewasa dalam Kristus, supaya mereka juga dapat melakukan hal yang sama bagi orang lain? Sekadarnya, kalau sempat, atau penuh intensionalitas seperti Paulus? Seseorang pernah menghitung. Jika selama hidup Anda punya 12 anak rohani, dan tiap anak juga punya 12 anak rohani, dan berlipatganda demikian selama 5 generasi, maka Anda akan punya 248.832 keturunan rohani! Betapa besar dampaknya, jika kita tidak hanya sibuk dengan banyak kegiatan rohani, tapi mulai berfokus menghasilkan anak-anak rohani yang akan membawa kebenaran Tuhan dari generasi ke generasi.—ELS

PERIKSA FOKUS PELAYANAN KITA:
MENGADAKAN KEGIATAN ROHANI ATAU MENGHASILKAN GENERASI ROHANI ?

Written by Elisabeth Chandra
Share:

Tuesday, February 21, 2012

PURA-PURA TULI

Baca: 1 Samuel 10:17-27 

Tetapi orang-orang dursila berkata: “Masakan orang ini dapat menyelamatkan kita!” Mereka menghina dia dan tidak membawa persembahan kepadanya. Tetapi ia pura-pura tuli (1 Samuel 10:27)

Bacaan Alkitab Setahun:
Imamat 24-25

Seorang perempuan yang terkenal suka bergunjing mendatangi raja dengan banyak keluhan negatif mengenai saudaranya. Raja menjawab, “Itu bukan urusan saya.” Perempuan itu pun mengganti topik pembicaraan; menyampaikan keluhan negatif dari saudaranya tentang raja. Raja berkomentar, “Itu bukan urusanmu.” Inilah contoh sikap pemimpin yang dapat memilah hal-hal yang perlu didengar dan ditanggapi.

Kita kerap mendapat kesan buruk tentang Saul, raja pertama Israel. Namun demikian, Alkitab pun mencatat kebaikannya, khususnya saat ia akan memulai pelayanannya sebagai raja. Sebagai pemimpin ia tahu memilih mana suara yang perlu didengarkan di antara yang sama sekali tidak perlu. Terhadap jerit tangis putus asa bangsanya atas ancaman bangsa Amon, ia mampu mendengar dengan prihatin dan menanggapi dengan sigap (1 Samuel 11:1-7). Sedangkan, atas olokan dan penghinaan segolongan orang yang meragukan kemampuan dan kepemimpinannya, ia bersikap “pura-pura tuli” (ayat 27). Ia tak mau membuang energi sekadar meladeni mereka.

Apakah pendapat miring dan bernada nyinyir dari orang lain, saat kita tengah menjalani pekerjaan pelayanan yang Tuhan percayakan, kerap melemahkan kita? Kita lantas habis tenaga dan pikiran menanggapinya. Mintalah hikmat dan kesabaran dari-Nya sehingga kita dapat memilah dan memilih mana yang perlu dan tidak perlu kita tanggapi secara serius. Supaya, kita tetap berfokus pada panggilan Tuhan dan tugas utama yang mesti kita kerjakan.—PAD

KITA PERLU SELEKTIF DALAM HAL MENDENGAR
AGAR FOKUS KITA PADA PANGGILAN TUHAN TIDAK BUYAR

Written by Pipi Agus Dhali
Share:

Wednesday, February 15, 2012

DIPENUHI ROH KUDUS

Baca: Efesus 5:15-21

Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh ... (Efesus 5:18)

Bacaan Alkitab Setahun:
Imamat 8-10

Perkelahian dan keributan di pertunjukan musik menjadi berita yang sangat sering diliput media massa. Penyebabnya biasanya sangat sepele, yaitu saling senggol atau saling ejek. Namun, pemicu utamanya adalah karena mereka disinyalir berada di bawah pengaruh minuman keras. Minuman itu membuat mereka tidak mampu menguasai diri dan mudah melakukan tindakan di luar kendali.

Memang terasa agak aneh ketika perintah jangan mabuk oleh anggur dikontraskan dengan dipenuhi Roh Kudus (ayat 18). Namun, keduanya memang memiliki pokok pikiran yang mirip, yaitu: sama-sama dikuasai oleh sesuatu. Orang yang berada dibawah kuasa atau pengaruh anggur biasanya tidak dapat menguasai dirinya. Perkataan dan tindakannya akan kacau dan menimbulkan kekacauan. Sedangkan orang yang dikuasai atau dipenuhi Roh Kudus akan makin dapat menguasai diri. Ia akan mampu mengelola hidupnya dengan baik; perkataan maupun perbuatannya akan makin selaras dengan kepribadian Allah. Ungkapan: “Hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus” dalam tatabahasa aslinya menggunakan kata kerja berbentuk imperatif plural pasif. Artinya, kita tak bisa menghindar, berlaku untuk semua orang, dan tak perlu mantra atau rumus khusus untuk mengalaminya. Ini adalah suatu kesediaan untuk tunduk pada pimpinan Roh Kudus.

Pikiran, perkataan, dan perbuatan seperti apa yang kita tampakkan dari hidup kita selama ini? Apakah hal-hal tersebut mencerminkan kepemilikan dan kepemimpinan Allah dalam hidup kita? Dia ingin mengarahkan hidup kita untuk mengenali rencana-Nya. Izinkan Dia memimpin hidup kita dengan leluasa.—PBS

DARI BUAH HIDUP KITA, DAPAT DITEBAK SIAPA PENGUASANYA

Written by Petrus Budi Setyawan
Share:

Tuesday, February 14, 2012

MERAYAKAN KASIH?

Baca: 1 Yohanes 4:7-21

Saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah (1 Yohanes 4:7)

Bacaan Alkitab Setahun:
Imamat 5-7

Asosiasi kartu ucapan AS memperkirakan satu miliar kartu Valentine dikirim tiap tahun di seluruh dunia. Hanya Natal yang menandinginya. Tahukah Anda bahwa 14 Februari sebenarnya sudah dihapus dari kalender gerejawi? Ini karena latar belakang sejarahnya sangat diragukan. Kemungkinan perayaan ini berkaitan dengan Lupercalia, festival kesuburan dengan ritual penghormatan dewa-dewi dan lotere pasangan lawan jenis. Identitas St. Valentinus yang namanya dipakai untuk perayaan ini juga kurang jelas. Pastur dari Roma, uskup dari Terni, atau martir di Afrika? 14 Februari adalah tanggal kematian mereka sebagai martir. Jauh dari konotasi cinta romantis.

Hiruk pikuk perayaan bisa jadi justru membuat kasih makin dangkal dimaknai. Padahal, kasih adalah hal yang esensial dalam iman kristiani. Firman Tuhan menyatakannya dengan ringkas dan gamblang: Allah adalah kasih; kasih berasal dari Allah (ayat 7-8). Jadi, bagi anak-anak Allah, kasih semestinya merupakan identitas keluarga. Dari bacaan Alkitab hari ini kita mendapati bahwa kasih diperintahkan, diteladankan, disempurnakan oleh Allah bagi kita (ayat 11, 17). Kasih dimungkinkan melalui pengalaman kita menerima kasih Allah (ayat 10, 19) dan ditumbuhkan melalui pengenalan kita akan Dia (ayat 16-18).

Kekristenan tanpa kasih adalah sebuah omong kosong. Hari ini, mintalah Tuhan menyelidiki hati kita: Bagaimana kasih saya kepada Allah? Kepada sesama? Dunia membutuhkan dan menantikan anak-anak Allah mencerminkan dan menceritakan tentang kasih-Nya yang mulia. Pertumbuhan kita dalam kasih merupakan tanda bahwa kita tinggal di dalam Allah.—JOO

SEBAB INILAH KASIH KEPADA ALLAH, YAITU BAHWA
KITA MENURUTI PERINTAH-PERINTAH-NYA (1 Yohanes 5:3)

Written by Johan Setiawan
Share: